Buming.id - Permainan tradisional yakni permainan anak, kian hari semakin terkikis. Hal itu lantaran anak-anak saat ini lebih gemar bermain game gadget ketimbang permainan yang diciptakan leluhurnya.  

Atas semakin terkikisnya permainan anak ini, seorang sastrawan sekaligus guru di Sekolah Dasar (SD) Torjun 4, Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang melakukan upaya penyelamatan permainan tersebut. 

Sastrawan itu bernama Ahmad Subairi. Terkait permainan itu sendiri, Penulis hikayat Mbah Bolong ini mengatakan, bahwa permainan yang dilestarikan termasuk permainan yang tersebar secara turun menurun. Sehingga dia mengaku tidak faham permainan yang ia lestarikan itu. 

Dilanjutkan, bahwa permainan anak ini termasuk sastra lisan, yang berkembang di tengah masyarakat tanpa diketahui siapa penciptanya. 

Selain itu, pada zaman sastra lisan ini berkembang, keberadaan penulis minim. Sehingga banyak sejarah dan sastra lainnya tidak tercover dalam bentuk tulisan, sehingga tersebar secara lisan. 

Sedangkan permasalahan hari ini, kata Subairi, permainan anak sudah jarang diminati. Demikian itu, lantaran anak-anak lebih gemar bermain game di handphone. Sehingga keberadaan permainan anak ini berpotensi punah. Maka dari itu, ia bergerak menyelamatkan permainan anak dengan berbagai cara. 

Adapun permainan anak yang dia lestarikan, namanya permainan Bhânténg. Yakni permainan banteng, memerlukan dua tiang sebagai markas yang saling bermusuhan. 

Aturannya, siapa yang paling lama memegang tiang yang dianggap markas itu, maka ia yang paling kuat. Kemudian saling kejar dan saling hindar, dengan tujuan agar bisa menyentuh tiang lawan. Karena apabila berhasil menyentuh tiang lawan maka akan mendapat satu poin.

Sekedar diketahui, bahwa gerakan penyelamatan permainan anak oleh Subairi ini, melalui pengajaran kepada siswa SDN Torjun 4. Saat mata pelajaran olah raga. 

(A/B)